Hasil kajian mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat William Cohen
dengan tim 15-nya patut kita cermati. Kajian dengan klasifikasi not for
distribute yang berjudul lengkap ”Asia Tahun 2025 dan Pengaruhnya
terhadap Keamanan Nasional Amerika di Abad 21”, dengan tegas
memprediksi sesungguhnya menskenariokan bahwa Indonesia dan Pakistan
akan hilang dari peta bumi disebabkan negara-negara itu berfusi melalui
proses aliansi antar negara atau tercabik-cabik akibat pertikaian dan
perperangan antar daerah. Lebih rinci tentang Indonesia dikatakan,
sebab lenyapnya Indonesia lebih dikarenakan terjadi krisis yang
bukannya mengecil namun kian tahun kian bertambah besar. Benarkah
kajian ini hanya sebatas kajian visioner ataukah visi yang akan
diwujudkan oleh jaringan internasional terhadap NKRI?
Krisis energi dan pangan memang merupakan persoalan dunia. Namun, untuk
Indonesia yang kaya sumber daya alam (SDA), rasanya krisis tersebut
seperti kontradiktif. Gaya pemerintahan yang takut dikatakan tidak
berbuat dan berpikir singkat telah membuat negara ini terperangkap
dalam globalisasi ekonomi dunia. Pasar bebas dunia yang tidak lain
adalah liberalisasi ekonomi, telah memperdaya sumber daya ekonomi
nasional kita.
Krisis energi yang berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) telah menimbulkan banyak persoalan. Naiknya harga BBM tersebut
telah memicu kenaikan bahan kebutuhan pokok lainnya. Kenaikan harga BBM
kedua selama pemerintahan SBY telah menciptakan jutaan orang miskin
baru di negara ini. Tidak heran kita lihat melalui media, bahwa semakin
banyak masyarakat stres hingga terpaksa bunuh diri ataupun bunuh anak
sendiri karena tak mampu menanggung biaya hidup yang samakin mahal. Di
lain hal para wakil rakyat banyak yang tertangkap korupsi sampai
nikmati sekretaris pribadi. Ironinya, saat menterinya hidup makmur saat
rakyat terendam lumpur, KPK tidak berbuat apa-apa. Unjuk rasa
belakangan ini juga telah mengembalikan memori kita kepada masa awal
peralihan ke orde baru, di mana rakyat saat itu juga menuntut
kesejahteraan rakyat kepada pemerintah melalui tiga tuntutan rakyat
atau apa yang dinamakan dengan Tri Tura.
Dalam kondisi SDA Indonesia dikuasai pihak asing, sangat sulit
memastikan bahwa pemerintah sekarang ini dapat mengatasi krisis energi
yang sedang berlangsung. Penguasaan asing terhadap SDA, sarana vital
serta Badan Usaha Milik Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak
di negara ini, terlihat bagaikan perangkap yang dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan pemerintahan dan negara ini.
Krisis energi yang berkepanjangan dan dampak turunan yang
ditimbulkannya, semakin terlihat bagaikan upaya pemiskinan sistematik
yang sedang berlangsung. Hal ini semakin membuat rakyat gelisah dan
menumpuk ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang berkuasa.
Mungkinkah posisi negara ini sudah berada pada status on the track
skenario pemusnahan NKRI dari muka bumi ini, sebagaimana dinyatakan
Presiden World Peace Committee yang dituding aktornya adalah Invisible
Organization lluminati?
Pemilu 2009 dengan sistem multi partai akan menjadi perhatian bersama.
Dengan 34 parpol yang ada, bukan tidak mungkin terjadi kerusuhan akibat
gesekan kepentingan politik masing-masing partai. Dan ini menjadi
barometer sampai sejauh mana kedewasaan berpolitik bangsa Indonesia.
Oleh: Ir M Jamil Manurung
Direktur Lembaga Survei dan Pemberdayaan Masyarakat (LSPM) Kepri
Studi Kasus Krisis Energi dan Pemiskinan
Jumat, 19 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Artikel anda di
http://energi.infogue.com/krisis_energi_dan_pemiskinan
promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!
Posting Komentar